KOMUNIKSI VERBAL DAN CONTOH KASUS
KOMUNIKSI VERBAL
ASAL-USUL
BAHASA
Hingga kini
belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asa-usul bahasa. Hanya teori
kontemporer yang mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi perilaku sosial
manausia. Sedangkan yang lain percaya bahwa bahasa verbal berkembang dari suara dasar dan Gerak-gerik tubuh. Nenek
moyang kita yang disebut Cro Magnon Berkomunikasi melalui simbol-simbol seperti
tulang , tanduk dan lain sebagainya sampai pada tahap perkembangan
selanjutunya, antara 35000 sampai 40000 tahun lalu, mereka menggunakan bahasa
lisan. Karena Cro Magnon dapat berpikir lewat bahasa mereka mampu membuat
rencana, konsep berburu dengan cara yang lebih baik dan mempertahankan diri
lebih efektif. Perkembangan bahasa itu mengambarkan atau merefleksikan suatu
keadaan dalam sosial masyarakat, seperti : kelas, jenis kelamin, profesi,
tingkat umur, dan tingkat factor lainnya.
Bahasa adalah
eksistensi perilaku sosial.Kemampuan ini mungkin berhubungan dengan kemampuan
awal manusia untuk mengartikulasikan isyarat isyarat jari jemari dan tangan
yang memudahkan komunikasi nonverbal. Konon hewan primata berevolusi sejak kira
kira 70 juta tahun lalu. Dimulai dengan hewan yang mirip dengan tikus kecil
yang hidup sezaman dinosaurus. diduga, mahluk mahluk yang mirip manusia dan
menggunakan alat pemotong dari batu, berkomunikasi secara naluriah,
berkomunikasi dengan naluriah dengan bertukar tanda alamiah berupa suarapostur,
gerakan tubuh, sedikit lebih maju dari hewan primata masa kini. Pendeknya, cara
komunikasi mereka sangat primitif dibandingkan kita.
Sekitar 5000
tahun lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan memasuku era tulisan,
sementara bahassa lisan pun terus berkembang. Transisi paig dini dilakukan oleh
bangsa Sumeria dan bangsa Mesir Kuno, lalu juga bangsa Maya dan Bangsa Cina
yang mengembangkan tulisan mereka secara independen. Tahun 2000 sebelum masehi,
papirus digunakan secara luas di mesir untuk menyampaikan pesan tertulis dan merekam informasi.
Penyebaran tulisan itu akhirnya sampai juga ke Yunani. Bangsa Yunani lah yang
kemudian menyempurnakan dan menyederhanakan sistem tulisan ini. Menjelang kira
kira 500 sebelum masehi, mereka telah menggunakan alfabet secara luas.
Akhirnya, alfabet Yunani itu diteruskan ke Roma tempat sistem tulisan itu
disempurnakan lagi. Sistem lisan dan tulisaan itu terus berkembag sampai saat
ini. Kita pun memasuki area cetak pada abd 15, yang beberap abad kemudian
disusul oleh era radio, era televisi dan
kini era komputer/ kesemuanya telah merekam hasil peradaban manusia untuk
disemurnakan lagi oleh generasi generasi mendatang lewat kemampuan mereka dalam
berbahsa.
- FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Fungsi bahasa
yang mendasar adalah untuk memahami atau menjuluki orang, objek dan peristiwa.
Setia orang punya nam untuk di identifikasi sosial. Orang orang juga dapat
menamai apa saja objek yg berlainan termasuk perassan tertentu yang mereka
alami. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa dan pada awlnya
itu dilakukan manusia sesuka hati mereka, yang lalu menjadi konvesi.
Menurut Lary L.
Barker, bahasa memiliki tiga fungi yaitu Penamaan, Interaksi dan Transmisi
Informasi. Penamaan atau penjulukan
merujuk kepada usaha mengidentifikasi
objek, tindakan atau orang menyebut namnya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi. Fungsi interaksi, menurut barker menekankan berbagai emosi yang
dapt mengundang simpati dan pengertian atau kebingungan dan kmearahan. Melalui
bahasa, informasi dapt disampaikan kepada orang lain. Anda juga menerima
informasi setiap hari, sejak anda tidur hingga andda tidur kembali, dari orang lain baik secara langsung maupun
dari media massa. Fungsi bahasa inilah yg disebut fungsi transmisi. Barker
berpandangan, keistimewaan bahasa sebagai saran transmisi informasi yang lintas
waktu yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa sekarang.
Sedangkan book
mengemukakan bahwa agar kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu untuk mengenal
dunia sekitar, berhubungan dengan orang lain dan menciptakan koherensi dalam
kehidupan. Fungsi bahasa pertama ini, jelas tidak terelakkan. Melalui bahasa,
anda mempelajari apa saja yg menarik minat anda. Fungsi kedua bahasa yakni,
sebagai sarana untuk berhubungan degan orang lain. Bahasa memungkinkan kita
bergaul denganorang lain untuk mencapai kesenangan kita dan memepengaruhi
mereka untuk mencapai tujuan kita. Sedangkan fungsi ketiga, memungkinkan kita
untuk hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan
kepercayaan kita dan tujuan tujuan kita.
- KETERBATASAN BAHASA
· Keterbatasan
jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
Keterbatasan
jumlah kategori untuk menamai objek sebenarnya berfungsi untuk mengendalikan lingkungan kita dan memudahkan
kita untuk berkomunikasi dengan orang lain dan berbagai pengalaman yang
berbeda. Bayangkan betaa sulitnya kita berkomunikasi dengan orang lain kalau
kita dibebani dengan kosakata tentang
warna yang terdiri dari ratusan nama warna. Akantetapi, penamaan suatu objek
yang bersifat kira kira iu sebenarnya sekaligus merupakan hambatan bagi kita
nerkomunikasi. Artinya selalu ada perbedaan antar makna dalam kepala kita
dengan makna dalm kepala orang lain.
·
Kata kata
bersifat ambigu
Kata-kata
yang bersifat ambigu , dikarenakan kata-kata
mempresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang menganut
latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Kata-kata, selalu, sering,
setiap orang, semua orang, dan dengan teratur, sebenarnya bersifat ambigu. Kata
berat mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. misalnya, berat badanku
naik, awan berat menggantung di awan, kepalaku terasa sangat berat, dan
lain-lain. Kata-kata paling ambigu tentu saja adalah konsep-konsep abstrak
seperti kebebasan atau keadilan karena sulit didefinisikan, sehingga sering
menimbulkan kontroversi. Persoalannya, pemaknaan atas konsep-konsep itu sering
di pengaruhi oleh kepentingan pihak yang mendefinisikan, sementara kita tidak
punya banyak kategori konsep tersebut. Kata yang sama mungkin memiliki makana
yang berbeda bagi orang-orang berbeda dan makna yang berbeda bagi orang yang
sama dalam waktu yang berbeda. Kossa kata yang berbeda, termasuk panggilan buat
lawan bicara, dapat menandai tahapan hubungan antara dua manusia, misalnya
perubahan kata ganti orang pertama, dari saya menjadi aku, atau gue. Dan
perubahan kata ganti orang kedua, dari anda menjadi kamu, atua elu. Dua orang
yang berlainan jenis, dapat menggunakan panggilan khusus atau kata-kata yang
lebih pribadi ketika hubungan mereka semakin intim.
Menurut Hubert Alexander, makna harus dianggap
sebagai proses ketimbang sesuatu yang statis. Kata-kata yang baru akan
bermunculan dan kata-kata yang lama akan menghilang satu persatu. prinsip bahwa
kata-kata bersifat kontekstual sebenarnya mengisyaratkan bahwa aturan-aturan
baku dalam berbahasa tidaklah mutlak. Misalnya, kata-kata sifat dalam bahasa
Indonesia umumnya dapat dibubuhi oleh awalan ke- dan akhiran -an, seperti, adil
menjadi keadilan, cantik menjadi kecantikan, dan sebagainya.
Bahasa
terikat oleh konteks budaya. Dengan ungkapan lain, bahasa dapat dipandang
sebagai perluasan budaya. Dalam berbahasa kita sering mencampuradukan fakta
(uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Dalam kehidupan sehari-hari pun
kita sering mencampuradukan fakta dan dugaan. Banyak peristiwa yang kita anggap
fakta sebenarnya merupakan dugaan yang berdasarkan kemungkinan. Misalnya,
"Ani bingung (atau sedih, ngambek, bahagia)." kebanyakan orang
menganggap "Ani bingung" sebagai suatu fakta. Kalau kita tanya seorang
pembicara, "Bagaimana kamu tahu?" ia mungkin akan menjawab,
"Saya kan melihatnya!" sedangkan jawaban yang lebih akurat adalah,
"Wajahnya bersemu merah ketika saya katakan padanya bahwa Rian memperoleh
nilai yang lebih tinggi daripada dia." Jawaban itu lebih faktual karena menguraikan
perilaku yang mendasari dugaan anda mengenai kemarahan Ani. Komunikasi kita
akan lebig efektif kalau kita memisahkan pernyataan fakta dengan dugaan.
- KERUMITAN MAKNA-MAKNA KATA
Setiap kata yang kita ucapkan
mempunyai makna sesuai dengan pemberian makna yang kita beri bukan kata itu
sendiri yang memiliki makna . Pemberian makna itu sendiri bergantung pada
konteks atau waktu tertentu.
Makna muncul dari hubungan khusus
antara kata ( sebagai simbol verbal) dan
manusia . Makna tidak melekat pada kata-kata , namun kata-kata yang
membangkitkan makna dalam pikiran orang . Jadi, tidak ada hubungan langsung
antara suatu obyek dan simbol yang digunakan untuk merepresentasikannya .
Ketika saya mengatakan “ saya sakit kepala” ,pengalaman nyata , tetapi tidak
seorang pun dapat merasakan rasa sakit itu. Jadi hubungan itu diciptakan dalam
pikiran si pembicara . C.K Ogden dan I.A Richards mengemukakan hubungan ini
secara diagramatik dalam sebuah segitiga makna
Pikiran atau rujukan ( orang)
![]() |
Simbol (kata) Refrensi
(objek)
*)
Garis yang terputus-putus menunjukkan bahwa tidak ada hubungan langsung atau
alamiah
Antara
kedua hal itu .
Makna dapat pula digolongkan kedalam
: makna konotatif dan denotatif . Makna denotatif adalah makna sebenarnya yang
dpaat ditemukan dalam kamus ( bersifat publik)
sedangkan makna konotatif adalah makna yang lebih bersifat pribadi
(subjektif) dan emosional , misalnya bagi seorang anak dalam keluarga bahagia memaknai “ayah” sebagai “perlindungan”, “keamanan”, dan
“kasih sayang” tapi bagi anak lain dakam keluarga broken –home “ayah” dimaknai
sebagai “ kekasaran”, “kekejaman”, dan”kebencian” . Dua kata boleh jadi
mempunyai makna konotatif yang berbeda seperti kata pramuniaga dan pelayan toko atau
tunawisma dan gelandangan . Kata –kata itu merujuk pada obyek yang sama namun
memberikan citra yang berbeda . Kita merasa pramuniaga
itu lebih bergengsi dibanding dengan pelayan
toko sebagaimana kita merasa tunawisama
lebih baik daripada gelandangan. Makna
denotatif dan konotatif bisa menjadi
rumit lagi dalam budaya yang berbeda .
Chair dalam bahasa Inggris berarti kursi
yang pada dasarnya denotatif bagi orang berbahasa Inggris. Namun bagi orang
Indonesia yang gila jabatan, kata kursi berkonotasi
lebih kuat daripada chair bagi orang
Amerika yang punya kecenderungan yang sama.
Kita bereaksi pada kata-kata seperti
: kalajengking , hantu, nilai E ,dan sebagainya dapat merangsang perubahan
kimiawi pada tubuh kita . Anda memang tidak takut hantu , tetapi kata-kata yang
anda baca menggambarkan tentang hantu itu mempengaruhi perilaku anda sehingga
anda tidak dapat mengontrolnya . Hanya karena kata-kata sekedar simbol bukan
berarti kata-kata menghilangkan kekuatan atau pentingnya apa yang
disimbolisasikan atau simbol sendiri. Bagaimanapun, jika kata-kata tidak
membawa makna kepada kita dan jika kita tidak bereaksi terhadap kata-kata,
kata-kata itu tidak berguna , simbol mempunyai impak emotif karena simbol
dipasangkan dengan referen. Kata-kata dengan sendirinya tidak bermakna apa-apa
kecuali bila kita sendiri yang memaknainya. Kata-kata seperti carreddoxx, whazzeeth tidak berarti apapun kecuali bila kkta
mengetahui apa yang diwakili kata-kata itu ( misalnya mewakili nama
pakaian atau makanan) . Boleh jadi suatu
kata merujuk pada objek yang berbeda atau kata-kata yang berbeda merujuk pada
objek yang sama di dua daerah yang berbeda . Misalnya di Medan kata motor digunakan untuk merujuk pada
mobil, sedangkan sepeda motor disebut kereta . Di Banda Aceh , Padang , dan di
Flores , kata Honda digunakan merujuk pada sepeda motor, meskipun merk sepeda
motor tersebut adalah Yamaha atau Vespa . Honda digunakan sebagai nama generik
di daerah-daerah itu – mungkin karena sebagai pelopor dan paling terkenal untuk
semua sepeda motor. Penggunaan kata bemo digunakan
untuk merujuk pada angkot beroda empat pada kota Mataram, Lombok, Denpasar, dan
NTT. Di Jakarta , Bekasi , dan Kendari angkot ini disebut mikrolet sedangkan di Banda Aceh disebut labi-labi, di Medan disebut sudako
.
Suatu kata muncul dengan berbagai cara .
Makna yang lazim kita berikan pada kata-kata itu mungkin telah mengalami
perubahan dalam rentang waktu yang sulit kita ukur . Etimologi memang bidang
yang menarik ,namun kita tidak memiliki metode yang andal untuk mengetahui asal
usul setiap kata yang kita gunakan dan perubahan , bentuk dan maknanya .
Kata-kata boleh jadi terus berevolusi ,
dengan makna yang terus juga berubah. Sebagian kata menghilang, sejumlah kata
baru muncul . Situasi-situasi juga dapat menciptakan makna-makna baru.
Sesuai
dengan salah satu prinsip komunikasi . Kita dapat menciptakan kata apa saja
dengan arti apa saja, dapat mengubah arti tersebut kapan saja, sejauh
berdasarkan kesepakatan . Ada kalanya kita menemukan kata-kata yang menggelikan
, aneh dan bahkan tidak masuk akal setelah kita mengetahui artinya, contohnya :
·
Orang Bogor memanggil
remaja lelaki dengan sebutan “Neng”, sedangkan panggilan itu biasanya ditujukan
pada anak perempuan atau wanita muda di Bandung
·
Orang Australia
menggunakan kata tea yang artinya
“makan malam”
·
Kita menyebut kumpul kebo untuk menyebut perilaku
serumah sepasang pria-wanita yang tidak menikah ( bukan mahram)
Kata-kata
untuk merujuk pada objek,tindakan, atau peristiwa , ternyata tidak dapat
dimaknai secara sederhana , seperti dalam ilustrasi
Ketika Susan ( Di AS) baru saja membeli
komputer barunya , ia ingin mencobanya . Ia bertanya kepada adik laki-laki ,
“Where is the mouse?” Ibunya menjerit mendengar hal itu “Where is the
mouse?Where is the mouse?” Ia naik ke kursi .Susan dan adiknya terbahak-bahak.
Bahasa
Daerah vs Bahasa Daerah
Di dunia ini
terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda.
Tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang kebetulan sama, tetapi dimaknai
secara berbeda atau juga sebaliknya. Konsekuensinya, dua orang yang berasal
dari budaya berbeda boleh jadi mengalami kesalahan pemahaman ketika mereka
menggunakan kata yang sama (miss communication).
Misalnya :
1. kata
awak untuk orang Minang berarti “saya
atau kita”, sedangkan dalam bahasa Melayu di Palembang awak berarti “kamu”. Bayangkan, apa jadinya bila orang Minang dan
orang Palembang saling bicara dan sama-sama menggunakan kata “awak”.
2. kata
cokot dalam bahasa Sunda berarti
“ambil” namun dalam bahasa Jawa berarti “gigit”. Jadi, di perantauan seorang
pemuda Jawa tentu saja dia merasa terhina ketika pemuda Sunda yang kebetulan
satu kostnya berkata “ tolong cokot sepatu itu”.
3. kata
pepe di Pulau Halmahera Maluku, Suku
Tobelo yang berarti “Paman”, namun dalam bahasa Minahasa kata itu berarti “alat kelamin perempuan”. Bayangkan,
jika seorang anak Suku Tobelo Maluku itu ingin minta uang ke Pamannya dan
didengar orang Minahasa “Pepe,
bagi duitmu”.
Beberapa
kata,frase atau kalimat malaysia yang terdengar lucu sebenarnya hanya lelucon,sekedar
main-main,artinya memang tidak digunakan dinegara itu,seperti:askar tidak berguna (pensiunan),hentak-hentak bumi (jalan ditempat),pasukan awang-awang (angkatan udara),rumah sakit korban lelaki (rumah sakit
bersalin).menurut ahmad fadzil yassin,lelucon bahasa malaysia itu dulu dibuat
oleh orang-orang diindonesia yang tidak senang kepada malaysia,sebagai akibat
konfrontasi indonesia-malaysia.tetapi rupanya sekarang pun masih ada
orang-orang kita yang membuat lelucon bahasa malaysia itu.
Bahasa
daerah/bahasa indonesia vs bahasa asing lainnya
Terkadang kita menemukan kata-kata dalam
bahasa daerah atau bahasa indonesia yang sama atau mirip dengan kata-kata dalam
bahasa asing,tetapi dengan makna berbeda.mungkin kita akan tersenyum geli
membaca atau mendengar kata-kata tersebut.dalam bahasa filiphina kata bawal berarti dilarang,bagong berarti baru,balita berarti berita.maka
bagong milenyo berarti milenium baru, sedangkan magandang balita berarti berita baik.
Sementara itu,kata tai dalam bahasa jepang berarti kelompok atau kesatuan.kita tentu
saja akan tersenyum seandainya seorang perwira menengah jepang berkata , “kita
harus menjaga nama baik tai kita
masing-masing,” saat ia berbicara dalam latihan militer gabungan
jepang-indonesia di jawa barat.
Kata miting
dalam bahasa batak berarti “buang air besar”. Pembantu seorang manajer batak tentu saja akan terheran-heran
mendengar jawaban sekretarisnya yang bersuku jawa,”bapak sedang meeting”ketika
si pembantu yang juga bersuku batak ini menelpon kantor majikannya untuk
memberitahu sang majikan bahwa ibunya sudah datang dari medan.ketika si
pembantu menelepon lagi sejam kemudian,jawaban sekertaris tetap sama.maka sang
pembantu pun bergumam,”kok buang air besar lama sekali ya ?”
Nama
sebagai simbol
Seperti yang
kita bahas dimuka, dimensi pertama bahasa adalah penamaan. Nama diri sendiri
adalah simbol pertama dan utama bagi seseorang.Nama dapat melambangkan
status,cita rasa budaya,untuk memperoleh citra tertentu atau sebagai nama
hoki.Nama pribadi adalah unsur penting identitas seseorang dalam
masyarakat,karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti
dengan atribut-atribut lainnya.nama yang kita peroleh sejak lahir tidak hanya
mempengaruhi kehidupan kita dan terpenting mempengaruhi kita dalam mempersepsikan
diri sendiri. Misalnya julukan “murahan” terhadap seorang wanita mempengaruhi
bagaimana orang itu diperlakukan oleh lawan jenisnya. Pendeknya,nama dapat
mempengaruhi anda.
Sebagai ilustrasi,beberapa dekade lalu
,sebagian muslim di australia mengubah nama mereka yang berbau islam menjadi
nama yang kebarat-baratan,karena khawatir didiskriminasi.misalnya muslim yang
bernama bilal menjadi bill,naim menjadi norman,karim menjadi karl,jamil menjadi
james dsb.namun kecenderungan itu sudah jauh berkurang.
Nama jelas bersifat simbolik.nama yang
dianggap bagus atau keren menimbulkan kesan yang positif pada pendengar atau
pembaca itu.
Suatu penelitan
tahun 1946 menemukan bahwa orang yang bernama jhon dipersepsikan sebagai ramah
dan dapat dipercaya,tony sebagai pandai bergaul,dan michael dianggap maskulin.
Terdapat bukti bahwa nama-nama yang lazim
memberi kesan lebih baik daripada nama-nama kurang lazim. Nama-nama yang agak
lazim cenderung lebih populer daripada nama-nama tidak lazim.
Fenomena perubahan nama orang menjadi
selebritis juga lazim dibarat.maka kita akan menemukan nama-nama seperti :
madonna jadi (louise veronica ciccone),marilyn monroe jadi (norma jean
mortenson) dll.
Alasan perubahan
nama seperti yang diatas tampaknya bukan semata-mata masalah hoki, melainkan
masalah persepsi masyarakat yang mungkin berkaitan dengan masalah hoki
juga.artinya dalam kasus penyanyi, penggunaan nama yang bagus akan membuat sang
artis lebih populer yang pada gilirannya mendorong peningkatan penjualan kaset lagunya
atau permintaan manggungnya.
Berbagai cara digunakan oleh suatu budaya
untuk memberi nama seorang anak yang lahir. Konon di dalam budaya india
amerika, seorang anak yang lahir diberi nama dengan nama sesuatu yang terakhir
kali dilihat sebelum pembuahaan atau berhubungan intim. Maka terdapatlah nama-nama seperti Elang besar,Muka pucat,Elang Botak,Kuda
berlari,selimut kelabu,kondom bocor dll.
Nama hewan pun berfungsi sebagai simbol. Anjing, punya konotasi paling buruk di antara nama-nama bintang,setidaknya
di indonesia.buktinya,semburan kata “Anjing lu!” begitu menyakitkan dan bisa
membuat orang naik darah dan efeknya akan berbeda bila dalam bentakan itu kata
anjeng diganti dengan misalnya ayam,kucing, atau kelinci.
Menarik bahwa
nama-nama hewan ini digunakan juga untuk menamakan kendaraan,khususnya buatan
jepang.maka muncullah antara lain : Toyota
kijang, Daihatsu zebra,mitsubishi kuda. Tujuan penggunaan nama ini mungkin
untuk mengesankan kendaraan tersebut berpenampilan dan berkecepatan seperti
nama hewan yang digunakan.
Bahasa
Gaul
Orang-orang yang
punya latar belakang sosial budaya berbeda lazimnya berbicara dengan cara
berbeda. Perbedaan ini boleh jadi menyangkut dialek, intonasi, kecepatan,
volume (keras atau lemahnya), dan yang pasti adalah kosakatanya. Cara bicara
dan pilihan kata ilmuwan berbeda denga cara bicara dan pilihan kata pedagang.
Pun ada perbedaan antara bahasa pejabat dengan bahasa rakyat kebanyakan. Begitu
juga antara cara bicara orang Jawa dengan cara bicara orang Batak. Perhatikanlah
cara berbciara tokoh-tokoh masyarakat di Negara kita. Berdasarkan dialeknya,
kita dapat menebak dari mana ia berasal. Pendek kata, bupati, tentara, akuntan,
ahli hukum, antropolog, dokter, ahli computer, montir mobil, ahli masak, dan
petani menggunakan kosakata berbeda dalam lingkungan kerja mereka. Bahasa yang
digunakan dalam suatu lingkungan sering tidak berfungsi bila digunakan dalam
lingkungan lain. suatu perkawinan tidak akan bertahan lama bila seorang istri
yang menjadi bos suatu perusahaan sering memerintah suaminya seoertu ia
memerintah bahawannya di perusahaan tempat ia bekerja. Suatu percintaan mungkin
akan gagal bila seorang ahli computer sering menggunakan banyak istilah yang
dikenal dalam bidangnya ketika ia ngobrol dengan pacarnya. Dalam bidang agama,
kalimat-kalimat cenderung preskriptif, serba menilai dan evaluative, sementara
dalam bidang ilmu kalimat-kalimat terutama deskriptif, prediktif dan
menjelaskan.
Sejumlah kata
atau istilah punya arti khusus , unik , menyimapang atau bahkan bertentangan
dengan arti lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu. Bahasa subkultur ini disebut bahasa
khusus , bahasa gaul atau argor. Meskipun argot sebenarnya merujuk pada bahasa
khas yang digunakan setiap komunitas atau subkultur apa saja (termasuk kelompok
seniman), argot lebih sering merujuk pada bahasa rahasia yang digunakan
kelompok menyimpang (deviant group),
seperti kelompok preman, kelompok penjual narkotik, kaum homoseksual/lesbin,
kaum pelacur, dan sebagainya. Kata monster berarti sukses besar (bukan raksasa)
dalam subkultur music cadas (rock) di Amerika. Dalam bahasa khusus subkultur
kulit hitam di Amerika (disebut ebonics), bad berarti sangat bagus (bukan
jelek), Charlie merujuk pada orang kulit putih, chickenhead berarti wanita
berambut pendek atau wanita tidak menarik (bukan kepala ayam), dan haricut dirampok
atau ditipu (bukan cukur rambut). Dalam subkultur pelacur di Amerika, Steak,
roasy beef, lobster dan champagne masing-masing berarti klien yang bersedia
membayar 50 dollar, 75 dollar, 150 dollar, dan 300 dollar, landlady, mother,
atau mother superior berarti germo usaha prostitusi, oil uang yang dibayarkan
kepada polisi, lip pengecara, dan breaking luck klien pertama hari itu. Pelacur
menggunakan kata gorilla untuk seseorang yang memukul mereka dan outlaw untuk
pelacur yang bekerja tanpa mucikari. Dalm subkultur homo seksual, bill berarti
seorang homoseksual yang maskulin dan chicken seorang pria muda. Bagi pencandu narkotik,
heat berarti polisi, lightning berarti teller dan head berarti pengguna berat
narkotik. Bernice berarti kokain, hay berarti maiyuana, pipe berarti pembuluh
darah besar, roach berarti punting rokok mariyuana. Dalam komunitas penjara tip
berarti meninggalkan penjara, doing a pound berarti hukuman penjara delapan
tahu. Maka kita harus berhati –hati menerjemahkan kata-kata yang bermakna
khusus ini. Banyak komunitas atau subkultur mempunyai bahasa mereka sendiri
yang unik dan sulit dipahami orang-orang diluar kelompok mereka.
Penciptaan
bahasa khusu ini memilik fungsi tertentu bagi kelompok penggunannya. Pertama
sebagai kontrabudaya dan sarana pertahanan diri, terutama bagi kelompok yang
hidup dilingkungan yang memusuhi mereka. Mereka berkomunikasi dengan bahasa
gaul mereka yang tidak dapat dipahami kelompok luar, kedua, argot berfungsi
sebagai sarana kebencian kelompok tersebut terhadap budaya dominan, tanpa
diketahui kelompok dominan dan dihukum oleh mereka. Ketga, argot berfungsi
sebagai sarana memelihara identitas dan solidaritas kelompok. Argot
memungkinkan mereka mengenal orang dalam dan membedakan mereka dengan orang
luar.
Bahasa
Kaum Selebritis
Kalangan
selebritis kita pun memiliki bahasa gaul. Perhatikanlah kata-kata yang
digunakan oleh kelompok itu
· Baronang = baru
· Cinewinek = cewek
· Pinergini = pergi
· Ninon
tinon = nonton
Dalam kata-kata
itu sering ada sisipan in. ada sejenis rumus yang digunakan. Namun rumus itu
sudah kadaluarsa, sudah terlalu umum, maka mereka menciptakan bahasa baru lagi.
Maka Debby Sahertian pun berkata “ aikika mawar Makassar nih.” Artinya , ia
sedang cari makam, bukan gadis dari Makassar. Mawar berarti “mau” dan Makassar
berarti “makanan”. Atau ucapan Debby yang lain ketika berbelanja “ ada” dan
tinta berarti tidak
Ya, sutralah.
Panasonik nih. Sayonara mawar polo deh. Berarti “ya sudahlah, pusing nih. Saya
mau pulang deh.
Tapi jangkar
lewat sudirman, soalnya macan tutul berarti “tapi jangan lewat sudirman,
soalnya macet total”.
Bahasa gaul ini
bukan hanya alat komunikasi , namun juga alat identifikasi. Ada kebutuhan di
antara para pemakainnya untuk berkomunikasi dengan bahasa yang tidak diketahui
banyak orang, terutama bila menyangkut hal-hal yang sangat pribadi.
Bahasa gay dan
bahasa waria
Di negeri kita
bahasa gaul kaum selebritis ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay
(homoseksual) dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci. Sekelompok mahasiswa
dari Fikom Unpad berdasarkan penelitian mereka atas kaum gay di Bandung,
menemukan sejumlah kata yang mereka gunakan, misalnya adalah : binaginus
(laki-laki), cinakinep (cakep), duta (uang), kemek (makan), linak (laki-laki),
mahariani (mahal), jinelinek (jelek), minerinangsinang 9merangsang), minurinah
(murah), ngondek (ngenit). Rumpi (pemeras), seribong (seribu), tinta 9tidak
cinta) dan sebagainya.
Bahasa
Kaum Waria
Berikut adalah
sebagian dari bahasa gaul yang dianut sebuh komunitas banci (waria) di
Pekanbaru. Seperti yang diperoleh dari mahasiswa UIN Sultan Syarif Qasim
berdasarkan wawancara dengan seorang waria.
· Akika/ike = aku
· Bis
kota = besar
· Cakra = ganteng
· Cucux =
cakep/keren
· Diana = dia
· Duktrek = duit
· HIV = hasrat
ingin pipis
· Inang = iya
· Jahara = jahat
· Kampus
(blok M) = tempat mangkal
· Kanua/Ye = Kamu
· Kelinci
= kecil
· Lekes = laki-laki
· Mak
Cik = kaum Banci
· Malida = malu
· MBT = masa berahi tinggi
· Pepsi = alat kelamin wanita
· Traktor = alat kelamin laki-laki
· Meyes = panggilan akrab untuk
sesame banci
Maka inilah
antara lain kalimat yang mungkin mereka ucapkan “ Dah pusing kepala tate kau
ini, tau ndah?”. “ Mengatar suami Les Balet, Nek?”, “Memangnya kita suka laki-laki, nek?”
Sumber :
Liliweri,
Alo.1991. Komunikasi AntarPribadi. Bandung : Aditya Bakti.
Fajar, Marheani.
2009. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Mulyana, Deddy.
2000. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_verbal