Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Groupthink dan Contoh Kasus


Groupthink (pemikiran kelompok) didefinisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencan tindakan yang ada. Jenis berpendapat bahwa anggota-anggota kelompok sering kali terlibat dala sebuah gaya pertimbangan dimana pencarian consensus ( kebuutuhan akan semua orang untuk sepakat).
Janis yakin bahwa apabila kelompok yang kemiripan antar anggotanya tinggi dan memiliki hubungan baik satu sama lain gagal untuk menyadari sepenuhnya akan adanya pendapat yang berlawanan ,ketika mereka menekan konflik hanya agar mereka dapat bergaul dengan baik, atau ketika anggota kelompok tidak secara penuh mempertimbangakan semua solusi yang ada, mereka rentan terhadap groupthink. Ia berpendapat bahwa ketika kelompok sedang berada dalam groupthink , mereka serta merta akan terlbiat dalam mentalitas “menjaga keharmonisan kelompok” (Janis, 1998, hal 60). Hingga pada titik ini, menciptakan perdamaian lebih penting daripada membuat keputusan yang jelas dan sesuai.

Kelompok kelompok yang memiliki tingkat kohesivitas tinggi sering kali gagal untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif  dari tindakana yang mereka ambil. Ketika anggota kelompok berpikir sama dan tidak memiliki pemikiran yang berlawanan, mereka juga memiliki sedikit kemungkinan untuk menyatakaan ide-ide yang tidak popular atau tidak serupa dengan anggota kelompok lainnya. Groupthink menyatakan bahwa kelompok-kelompok ini membuat keputusan yang terlalu dini , dan beberapa di antara keputusan tersebut memiliki dampak yang tragis dan berkelanjutan.

Groupthink Syndrome
Groupthink syndrome adalah sebuh gejala yang mengindikasikan cara berpikir seseorang atau kelompok yang kohesif untuk selalu sepakat karena kebulatan suara mayoritas dan mengabaikan alternatif-alternatif tindakan yang realistis dan rasional. Kesepakatan ini kadan menjadikan suatu paksaan bagi anggota kelompok (atau pemimpin kelompok) karena sebenarnya ia tidak setuju, namun karena mayoritas anggota kelompok terlalu loyal dan menjadikan seragam (conform) pada kelompoknya, akhirnya menciptakan tekanan-tekanan kelompok yang menyebabkan suatu tindakan atau kebijakan menjadi tidak bijak, serampangan, pukul rata, tidak produktif, tak jarang sampai mengabaikan nilai-nilai moral. dalam groupthink syndrome, pemimpin kelompok berusaha meredam ketidakpastian anggotanya, meski sangat bertentangan dengan kata hatinya, bahkan ia tahu akan merugikan kepentingan yang lebih besar.


ASUMSI GROUPTHINK
Groupthink merupakan teori yang diasosiakan dengan komunikasi kelompok kecil. Janis memfokuskan penelitiannya pada kelompok pemecahan masalah (problem-sloving group) dan kelompok yang berorientasi pada tugas (task-oriented group), yang tujuan utamanya adalah untuk mengambil keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan. Pengambilan keputusan merupakan bagian penting dari kelompok-kelompok kecil ini. Kegiatan kelompok kecil lainnya termasuk pembagian informasi, bersosialisasim berhubungan dengan orang serta kelompok di luar kelompok mereka, mendidik anggota baru, memperjelas peranan, dan bercerita.
Ada tiga asumsi penting yang menuntun teori ini :
  • Terdapat kondisi-kondisi didalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi.
  • Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
  • Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.

Asumsi  pertama dari Groupthink berhubungan dengan karakterisitik kehidupan kelompok : kohesivitas. Terdapat kondisi-kondisi dalam kelompok yang menyebabkan tingginya tingkat kohesivitas. Ernest Bornmann (1996) mengamati bahwwa anggota kelompok sering kali memiliki perasaaan yang sama atau investasi emosional, dan sebagai akibatnya mereka cenderung untuk mempertahankan identitas kelompok. Pemikiran kolektif ini biasanya menyebabkan sebuah kelompok memiliki hubungan yang baik dan mungkin memiliki kohesivitas tinggi.
Apakah kohesivitas itu? Anda mungkin pernah mendengar kelompok yang tetap berasatu atau memiliki semganta kebersamaan yang tinggi. Frase ini pada dasarnya berarti bahwa keelompok ini kohesif. Kohesivitas adalah batas hingga dimana anggota anggota suatu kelompok bersedia untuk bekerja bersama. Ini merupakan rasa kebersamaan dari kelompok tersebut. Kohesi berasala dari sikap,nilai, dan pola perilaku kelompok; kelompok dimana anggota-anggotanya saling tertarik dengan sikap , nilai dan perilaku anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif.
Kohesi merupakan lem yang menjaga agar kelompok tetap utuh. Anda mungkin pernah menjadi anggota dari kelompok yang kohesiif, walaupun sebenernya sulit untuk mengukur kohesivitas. Asumsi kita yang kedua mempelajari proses  pemecahan masalah di dalam kelompok kecil: hal ini biasanya merupakan kegiatan yang menyatu. Maksudnya , orang tidak dengan sengaja menggangu jalannya pengambilan keputusan dalam kelompok kecil. Para anggota biasannya berusaha untuk bergaul dengan baik. Dennis Gouran (1998) mengamati bahwa kelompok-kelompok rentan terhadap batasan afiliatif yang berarti bahwa anggota kelompok lebih memilih untuk menahan masukan merekaa daripada mengambil resiki ditolak. Menurut Gouran, ketika anggta kelompok benar-benar berpartisipaasi , karena takut ditolak, mereka memiliki kecenderungan untuk “memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan kelompok daripada pada isu-isu yang sedang dipertimbangkan.
Asumsi yang ketiga menggarisbawahi sifat dasar dari kebanyakan kelompok pengambilan keputusan dan kelompok yang berorientasi pada tugas diman orang-orang biasanya tergabung : mereka biasanya bersifat kompleks. Dalam mendiskusikan asumsi ini, kita melihat pada kompleksitas dari kelompok kecil dan kemudian pada keputsan yang muncul dari kelompok ini.
Pertama, anggota kelompok kecil harus menyadari banyaknya alternative yang tersedia bagi mereka dan mampu membedakan alternatif-alternatif ini. Selain itu anggita kelompok tiddak boleh hanya memahami tugas yang sedang mereka tangani melainkan juga orang-orang yang memberikan masukan ke dalam tugas tersebut.

 Contoh Kasus :
1.  BernadethNarulita Atmodjo - Grupthink Dalam Komunikasi Kelompok KDS Surya Community Surabaya (2010).
KDS surya community, Surabaya adalah salah satu kelompok dukungan sebaya bagi mereka yang terinfeksi HIV AIDS. Dimana dalam kelompok tersebut, terdapat beragam kegiatan salah satunya adalah diskusi kelompok. Dalam diskusi tersebut,  didapati  bahwa  komunikasi   kelompok  mengarah  pada  munculnya groupthink (pemikiran kelompok) yang merupakan sisi  negatif dari komunikasi kelompok.
Peneliti menggunakan metode studi kasus, dengan melakukan observasi partisipasi dan wawancara mendalam dengan narasumber yang berkaitan langsung sebagai  anggota   kelompok  KDS  surya  community,  untuk  melihat  keadaan kelompok dan komunikasi di dalamnya sehingga dapat dilihat gejala – gejala yang muncul  dalam komunikasi kelompok KDS tersebut mengarah pada terbentuknya groupthink.
Ternyata memang ditemukan ada 7 gejala grupthink yang terjadi pada komunikasi  kelompok,  antara  lain illusion  of invulnerability (persepsi  dengan keadaaan yang tidak terkalahkan), Collective    Rationalization (rasionalitas kolektif), Out Group Stereotypes ( Pemikiran kelompok terhadap pihak lain), Self Cencorship ( Pembatasan Diri), Illusion of  Unaminity (Ilusi tentang kebulatan suara), Direct Pressure on Dissenters (tekanan pada yang tidak setuju), dan Self Appointed   Mindguards   (penyaring   informasi);   yang   disebabkan   oleh   lima penyebab  dari  munculnya  groupthink,  antara  lain  Cohesiveness  (Kedekatan  / Keeratan), Isolation ( Pemisahan diri), Leadership ( Kepemimpinan), Decisional Stress  (   Keputusan  Mendadak),  dan  Kebutuhan  yang  menyimpang,  dalam komunikasi  kelompok  KDS  surya  community,  maka  dapat  dikatakan  bahwa terdapat   groupthink   dalam   komunikasi   kelompok   KDS   surya   community Surabaya.


2.  RaisaFitri - Komunikasi Kelompok Kecil Geng Bushido Population Dengan Pembentukan Konsep Diri Anggotanya (2010).
Skripsi ini mengambil judul “komunikasi kelompok kecil geng bushido population   dengan  pembentukan    konsep  diri    anggotanya”,  masalah  yang diangkat dalam penelitian ini  bagaimana komunikasi kelompok yang dilakukan oleh anggota  geng bushido population dimana mereka terikat oleh aturan dan sanksi  yang  menimbulkan   rasa  saling  memiliki  dan  menghormati  terhadap pembentukan konsep diri anggotanya. Di  tengah – tengah persepsi masyarakat yang  negatif  terhadap  keberadaan  geng,  mereka  harus  membuktikan  bahwa anggapan tersebut tidak selalu benar adanya,
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu memusatkan   diri   secara    intensif   terhadap   suatu   objek   tertentu   dengan mempelajari  sebagai  suatu  kasus.  Penelitian  ini menggunakan  metode  analisa kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data – data nominal yang  menyangkut  klasifikasi   atau  kategorisasi  sejumlah  variabel  ke  dalam beberapa sub kelas nominal. Melalui  pendekatan  kualitatif, data yang diperoleh dari  lapangan  diambil  kesimpulan  yang  bersifat  khusu  kepada  yang  bersifat umum. Objek penelitian adalah geng bushido population, sebuah geng otomotif yang ada di kota Medan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi kelompok kecil yang terjalin di  geng bushido population tidak memberikan dampak negatif terhadap konsep diri anggotanya.  Meskipun dilatarbelakangi hal – hal yang berbeda saat ingin bergabung, namun dengan adanya  aturan dan sanksi yang disepakati dan dipatuhi bersama, menjadikan geng ini sebuah wadah  positif    bagi anggotanya dalam hal otomotif, pertemanan, mengekspresikan diri, sosialisasi diri, bahkan persaudaraan. Pandangan negatif dari masyarakat terhadap keikutsertaan mereka di Bushido malah  memberikan semangat bagi para anggota untuk membuktikan bahwa mereka tidak melakukan  hal – hal negatif tersebut. Konsep diri mereka semakin matang dan baik.

3.  Ratna  Indri  Apsari  -  Pengaruh  Kelompok  Kerja  Terhadap  Pengambilan Keputusan Etis Mahasiswa Akuntansi (2011).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh  O‟Leary  dan  Pangemanan  (2007)  dan  telah  dimodifikasi  oleh  peneliti. Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  perbedaan  pengaruh  individu  dan kelompok kerja dalam pengambilan keputusan  etis pada mahasiswa akuntansi. Penelitian ini menggunakan teknik random sampling dalam pengumpulan data.
Data dikumpulkan melalui penelitian eksperimen terhadap 170 mahasiswa akuntansi   tingkat  akhir  di  Fakultas  Ekonomi  Universitas  Diponegoro.  Data dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dengan softyware SPSS
17.0. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  hipotesis  yang  diajukan  diterima. Hipotesis  penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara individu dan kelompok dalam hal pengambilan keputusan etis. Hasil pengamatan  terhadap  analisis  tanggapan  individu  dan  kelompok menunjukkan pola yang sama. Individu cenderung memilih tindakan yang ekstrim dalam  menghadapi  masalah  -  masalah  etika,  sedangkan  kelompok  cenderung memilih jawaban netral. Dari hasil  penelitian ini dapat dilihat bahwa individu lebih cenderung memilih jawaban etis dan kelompok lebih ke arah jawaban netral. Dapat  disimpulkan  bahwa  kelompok  mencapai  keputusan   konsensus,  dalam konteks  etika,  yang  mungkin  terdapat  tekanan  di  dalamnya.  Implikasi  dari penemuan ini  adalah sehubungan dengan penekanan program akuntansi untuk lebih  memperhatikan  masalah   kelompok  kerja.  Hal  itu  dapat  meningkatkan kemampuan mahasiswa akuntansi untuk bekerja dalam tim. 

Sumber :
Putri, Utami Dibyareswari. 2012. Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial (Studi Kasus pada Individu Yang Terlibat dalam IndonesiaUnite di Twitter). Universitas Indonesia : Skripsi.
West,Richard & Lynn H.Turner. 2007. Pengantar Teori Komunikasi : Analisi dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika.