Persepsi dan Contoh Kasus
A.
Definisi Persepsi
Manusia sebagai
makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan
antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg 1967). Adanya perbedaan
inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek,
sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Haal ini
sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan
persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku, dan
penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Istilah persepsi adalah suatu proses
aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan
menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber
lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar
kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala
kejadian-kejadiannya. Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan
dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas
tidak lepas dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan
dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan
masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberi tanggapan,
penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat
menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di
kelas.
Dan berikut ini adalah pengertian persepsi menurut
beberapa ahli:
- Brian Fellows: Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi.
- Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken: Persepsi adalah saran memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita.
- Philip Goodacre dan Jennifer Follers: Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan.
- Joseph A. Devito: Persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita.
Dari beberapa pendapat
para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
persepsi merupakan
suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat
indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan
mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan
stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar
individu.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu ;
1.
Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
- Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh
ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap
lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang
berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
- Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan
atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu
obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap
obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
- Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak
energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu
dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
- Kebutuhan yang searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari
obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
- Pengalaman dan ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana
seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas.
- Suasana hati
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada
waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan
mengingat.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan
obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah
sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana
seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi adalah :
- Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu
dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian
pada gilirannya membentuk persepsi.
- Warna dari obyek-obyek
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami
(to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
- Keunikan dan kekontrasan stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya
yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik
perhatian.
- Intensitas dan kekuatan dari stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan
daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
- Motion atau gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
C.
Proses Terbentuknya Persepsi
Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken,
juga Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri
dari tiga aktivitas, yaitu:
- Sensasi (Asensi)
Sensasi
adalah proses pengiriman pesan ke otak melalui panca indera yaitu mata, hidung,
telinga, lidah, kulit. Panca indera adalah reseptor yang menghubungkan otak
kita dengan lingkungan sekitar. Informasi yang kita tangkap dari proses
melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba tersebut kita proses kembali
untuk dapat menghasilkan persepsi terhadap sesuatu. Misal melihat pantai,
mencium parfum, bersalaman, mencicipi masakan. Setelah informasi itu kita
tangkap dan kita rekam dalam otak kita masuk dalam terhadap atensi
- Atensi
Atensi
adalah suatu tahap dimana kita memperhatikan informasi yang telah ada sebelum
kita menginterpretasikannya. Sebenarnya banyak sekali hal yang tertangkap oleh
panca indera, namun tidak semua kita perhatikan. Misal kita mengobrol lewat
telepon, informasi yang kita perhatikan hanyalah suara lawan bicara meskipun
saat itu kita juga sedang membaca koran atau makan bakwan, ketika melihat
sekumpulan orang berpakaian hitam, dan ada satu orang berpakaian putih,
tentunya kita lebih memperhatikan yang berbaju putih, hal ini terjadi karena
kita hanya akan memperhatikan apa yang kita anggap paling bermakna bagi kita,
paling berbeda dan paling menarik perhatian.
- Interpretasi
Tahap
interpretasi adalah tahap terakhir. Jika persepsi dikatakan sebagai inti
komunikasi, maka interpretasi adalah inti dari persepsi. Interpretasi adalah
proses penafsiran informasi atau pemberian makna dari informasi yang telah kita
tangkap dan kita perhatikan. Ketika mata kita melihat matahari terbenam di
pantai kemudian kita perhatikan, maka secara tidak langsung kita akan
menginterpretasikan pantai tersebut. Apakah menurut kita indah, biasa saja atau
bahkan jelek. Pendapat atau persepsi yang dihasilkan tentunya akan beragam
tergantung latar belakang kita masing-masing.
Sensasi,
atensi dan interpretasi adalah tahapan-tahapan yang dilalui untuk menghasilkan
persepsi, semakin sama persepsi setiap orang, maka semakin efektif komunikasi
yang dilakukan. Persepsi setiap orang akan sama jika mereka berasal dari latar
belakang yang sama. Misal sama-sama orang desa, sama-sama orang jaqwa dan
sama-sama orang gila.
Persepsi-persepsi
yang ada pada diri kita akan mempengaruhi proses komunikasi yang kita lakukan,
karena itu berfikirlah positifdan obyektif dalam memandang sesuatu.
D.
Sifat Persepsi
Beberapa
hal yang patut kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini, Mulyana
(2000: 176-196) mengungkapkan hal-hal berikut:
- Persepsi mendasarkan pada pengalaman
Dikemukakan
bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan persepsi mengenai realitas
sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu). Artinya, pe
rsepsi
kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita terhadap hal-hal
itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan dengan orang, objek
atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan yang
baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai kecantikan; semua ini amat
tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita mengenai hal-hal tersebut.
- Persepsi bersifat selektif
Pada
dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang dengan
berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua rangsangan
itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi
kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. Atensi
kita pada dasarnya merupakan faktor utama dalam menentukan seleksi atas
rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.
- Persepsi bersifat dugaan.
Karena
pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak pernah lengkap,
makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan penyimpulan. Coba
perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga titik dan keempat titik
berikut ini.
- Persepsi bersifat evaluatif.
Tidak
sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan sebagai sesuatu
yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering mempengaruhi persepsinya,
padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang objektif. Kita melakukan
interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingan subjektif kita
sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses kognitif yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan memaknai objek
persepsi itu sendiri.
- Persepsi bersifat kontekstual.
Dari
setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk mengorganisasikan
rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya berpengaruh kuat atas
persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang.
Sebagai
contoh, terhadap gambar seseorang bisa mengatakan bahwa itu adalah angka 13
karena konteksnya adalah angka-angka lainnya, yaitu 11, 12, 14 dan 15. Tetapi
bagi seseorang yang memiliki konteks huruf-huruf A, C, D dan E, maka gambar
tersebut adalah huruf B.
Meskipun
sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi
terhadap orang lain, namun paling tidak ada tiga jenis informasi terpenting
yang perlu kita ketahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya
(psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi
tujuan orang lain memiliki beberapa arti bagi kita dalam berkomunikasi. Adalah
hal yang tidak mungkin bagi kita untuk secara nyata mengamati kondisi internal
orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat
menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut.
Ada
anggapan bahwa elemen non-verbal dari perilaku merupakan refleksi yang paling
akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya
kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendorong
rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa lebih
nyaman dalam melanjutkan komunikasi.